Oleh : Heru Hidayat, ST, M.Pd
Identitas itu menjadi jati diri kita sebagai manusia. Ada suku, agama, ras, dan berbagai identitas lain, termasuk ke-Indonesia-an kita diantara bangsa-bangsa di dunia. Jadi identitas itu sangat penting untuk menunjukan kepada orang lain, kita itu siapa? Ini juga perlu penguatan supaya kita tidak kehilangan jati diri.
Yang harus diperhatikan adalah upaya edukasi kepada masyarakat terhadap identitas kita yang beragam (multikultur) itu. Pemahaman yang baik atas identitas kita, baik yang etnis-ke-daerah-an maupun yang nasional ke-Indonesia-an. Pemahaman yang baik atas identitas ini akan menjadi kunci penting kedewasaan kita sebagai bangsa. Pemahaman yang baik akan beragam identitas itu pula yang akan mampu mencegah terjadinya politik identitas yang destruktif.
Heru yang juga alumnus S2 UPR yang juga Tokoh Pemuda Kalteng ini menyebutkan, Politik identitas itu sebenarnya penting, karena Indonesia dibangun oleh berbagai identitas itu. Oleh karena itu, politik identitas etnis dan politik identitas nasional perlu terus dikembangkan, bukan malah direpresi sebagaimana masa lalu. Tembang/lagu juga dinyanyikan juga sebagai simbol identitas kita. Kalau ini direpresi atau ditekan supaya tidak berkembang justru keliru.
Politik identitas itu tantangan, politik identitas yang destruktif tidak boleh dikembangkan. Karena akan merusak dan terjadinya perpecahan antar anak Bangsa.
Maka identitas bangsa Indonesia adalah Pancasila, sehingga semua pihak harus berupaya memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dengan kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa. Pancasila itu justru mewadahi berbagai perbedaan identitas bangsa ini.
Masalahnya lebih pada kurangnya pemahaman kita atas berbagai keragamaan identitas itu. Agama itu identitas, dan beragama itu menjadi jati diri kita. Kita juga wajib mendalami agama kita masing-masing sebaik-baiknya, sekaligus memahami bahwa diluar agama yang diri kita peluk, ada agama lain yang dipeluk orang lain. Dengan pemahaman ini, bila ada politisasi identitas berdasarkan agama, kita tidak akan terpengaruh. Dalam bahasa politik, “tidak laku” isu yang dijual.
Namun apabila muncul politik identitas yang destruktif, sehingga menistakan dan menghina agama, membenturkan, membuat opini tanpa bukti dan hoax harus diwaspadai, dicegah dan diatasi.
Pendidikan menjadi kunci dalam memahami politik identitas kita. Politik Identitas adalah keniscayaan. Yang dapat dilakukan adalah mengelola dan mengaturnya, bukan menghilangkannya. Namun perlu kita waspadai, bahkan hindari tatkala politik identitas yang destruktif.
Identitas itu, sama dengan jati diri atau profil diri. Bila ini digunakan dalam konteks nasional, maka akan menjadi baik. Karena akan ada politik yang memiliki jati diri ke-Indonesia-an atau politik yang memiliki profil ke-Indonesia-an. Jati diri Indonesia itu, memiliki 18 karakter yang telah disepakati sebagai karakter ke Indonesiaan, berbudi luhur, dll. Inilah yang harusnya ada dalam jati diri kita di Indonesia. (***)