PALANGKA RAYA. Kaltengtimes.co.id — Staf Ahli (Sahli) Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Yuas Elko mengatakan, inflasi di Kalimantan Tengah masih tergolong aman yaitu 0,22 %. ‘’ “Namun hal ini jangan membuat terlena, kita harus tetap berupaya untuk mempertahankan dan menstabilkan harga, sehingga angka inflasi di kalteng dapat ditekan agar jangan sampai masuk kategori tertinggi” ujar Yuas kepada wartawan usai mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi di Daerah Tahun 2024 bersama Plt. Sekjen Mendagri RI secara virtual dari ruang Rapat Bajakah, Lantai II Kantor Gubernur Kalteng, Palangka Raya, Selasa (4/6/24).
Plt. Sekjen Mendagri RI Tomsi Tohir saat memimpin Rakor mengatakan, sesuai dengan rilis angka inflasi bulan Mei 2024 yang disampaikan oleh BPS Ri sehari sebelumnya, bahwa angka inflasi di Indonesia turun dari sebelumnya 3,00% menjadi 2,84%. Hal ini tentunya merupakan suatu anegerah dan hasil jerih payah bersama, namun demikian masih terdapat beberapa komoditas yang sebenarnya masih bisa diatasi lebih baik lagi, seperti cabe dan bawang. “Kemudian, masih tetap seperti minggu-minggu yang lalu, bahwa kita harus bisa mengatasi ketepatan waktu barang-barang komoditas impor yang masuk, harus tepat waktu dan distribusinya juga harus tepat” ucap Tomsi. “Hal itu sangat berpengaruh terhadap gejolak inflasi kita, baik mingguan maupun bulanan. Oleh sebab itu kita harus tetap merencanakan dan mengantisipasi perubahan dan situasi yang harus segera diambil langkah-langkahnya” lanjutnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS RI Pudji Ismartini dalam paparannya menyampaikan, bahwa pada Mei tahun 2024 secara bulanan terjadi deflasi 0,03%, dan jika dibandingkan pada bulan yang sama pada tahun 2023 yang lalu (y-on-y) terjadi inflasi sebesar 2,84%, “kemudian jika dibandingkan dengan kondisi Desember 2023 yang dikenal dengan inflasi tahun kalender sebesar 1,15%” paparnya.
Disebutkannya pula bahwa deflasi pada bulan Mei 2024 ini merupakan deflasi pertama, setelah deflasi yang terakhir terjadi pada bulan Agustus 2023, dengan kelompok pengeluaran penyumbang deflasi pada bulan Mei yang terbesar adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau yaitu dengan deflasi sebesar 0,29% dan memberikan andil deflasi 0,08%.
Selanjutnya ia mengungkapkan, komoditas yang menyumbang deflasi pada bulan Mei 2024i adalah beras yang memberi andil deflasi terbesar yaitu 0,15%, kemudian daging ayam ras dan ikan segar memberikan andil masing-masing 0,03%, tomat dan cabe rawit juga memberikan andil deflasi masing-masing 0,02%, “komoditas lainnya yang juga menyumbangkan deflasi pada bulan Mei ini adalah tarif angkutan antar kota, tarif angkutan udara dan tarif kereta api” kata Pudji.
Menurutnya, selain itu ada komoditas lain yang memberikan andil inflasi yaitu emas perhiasan, bawang merah dan cabe merah masih mengalami inflasi, andil dari masing-masing komoditas tersebut adalah 0,05%. Sedangkan untuk inflasi tahunannya, kelompok komoditas yang memberi andil terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau yaitu sebesar 6,18% dan memberikan andil sebesar 1,75%, dan komoditas yang memberi andil tahunan terbesar adalah beras, bawang merah, cabe merah, sigaret kretek mesin dan daging ayam ras.
Berdasarkan sebaran wilayah, sebanyak 24 provinsi dari 38 provinsi di Indonesia yang mengalami inflasi pada bulan Mei 2024, sedangkan 14 provinsi lainnya mengalami deflasi, “dimana inflasi tertinggi sebesar 2,00% terjadi di Papua Selatan, sementara deflasi terdalam terjadi di Banten yaitu 0,52%” pungkasnya.
Rakor tersebut turut dihadiri Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Prov. Kalteng Sri Widanarni, mewakili Forkopimda Prov. Kalteng, mewakili instansi vertikal, dan mewakili Kepala OPD terkait. (red)