PALANGKA RAYA. Kaltengtimes.co.id — Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan (Ekbang) Setda Prov. Kalteng Sri Widanarni menyampaikan apresiasi atas pencapaian Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, yang telah berhasil dalam mengendalikan inflasi. “Saya mengharapkan kerjasama semua pihak, untuk menjaga inflasi di Kalteng agar tetap terkendali dengan baik”, tandasnya disela menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Tahun 2024 secara virtual bersama Plt. Sekjen Mendagri RI, dari ruang Rapat Rapat Bajakah, Lantai II Kantor Gubernur Kalteng, Palangka Raya (Rabu, 2/10/24).
Plt. Sekjen Mendagri RI Tomsi Tohir saat memimpin Rakor mengatakan, pelaksanaan kegiatan rakor ini merupakan tindak lanjut data inflasi terbaru yang telah dirilis BPS sehari sebelumnya, “ini merupakan data terbaik yang kita capai”, kata Plt. Sekjen.
Pada kesempatan tersebut, Tomsi menyoroti 3 hal yaitu keakuratan angka-angka yang telah dirilis oleh BPS, selanjutnya keterkaitan antara deflasi atau penurunan angka inflasi dengan daya beli masyarakat, “kemudian bagi produk-produk tertentu yang harganya masih naik, kami mohon pemerintah daerah sesuai dengan tusi masing-masing untuk betul-betul mengkritisi daerahnya, sehingga hasil yang telah kita capai diupayakan untuk kita pertahankan”, ucapnya. “Oleh sebab itu, masing-masing kementerian terkait bisa mengambil langkah cepat untuk mengatasinya”, imbuhnya.
Selain itu, ia juga mengajak untuk bersama-sama mencermati harga-harga tersebut, dan langkah ke depannya untuk mempertahankan prestasi yang telah capai, para Kepala Daerah dan Forkopimda diharapkan dapat memperhatikan harga yang masih bergejolak di daerahnya, agar betul-betul diupayakan dan dikomunikasikan dengan sebaik-baiknya. “Pada akhirnya tentu kita tidak berpuas diri dengan hasil yang telah kita raih, namun harus tetap menjaga dengan sebaik-baiknya, dan diharapkan inflasi ini dapat terus terkendali dengan baik” tutupnya.
Menjawab beberapa hal yang disebutkan oleh Plt. Sekjen Kemendagri, Plt Kepala BPS RI Amalia Adininggar Widyasanti memaparkan, bahwa BPS dalam menghitung inflasi tentunya menjaga independensi dan terlepas dari intervensi pihak manapun, serta bertanggung jawab atas hasil angka infasi dan tentunya selalu menggunakan metodologi yang mengacu pada standar internasional, “dalam seluruh tahapan penghitungan angka inflasi ini terus dan tetap mengacu pada pedoman yang berstandar internasional”, paparnya.
Dijelaskannya pula, bahwa pemilihan waktu pengumpulan data, tempat dan target responden, serta proses pengolahan data dalam pelaksanaan Survei Harga Konsumen yang menjadi sumber data perhitungan inflasi, dilakukan dengan mengikuti pedoman tersebut secara objektif dan bebas intervensi.
“Oleh karena itu kami menjamin kualitas secara ketat dalam setiap proses tahapan penyediaan angka inflasi, dan juga semua angka yang kami keluarkan, harus dipastikan jaminan kualitasnya”, jelas Plt Kepala BPS RI.
Menurut Plt. Kepala BPS RI, inflasi di Indonesia pada bulan September 2024 secara m-to-m mengalami deflasi sebesar -0,12%, dengan inflasi y-on-y sebesar 1,84%, dan inflasi tahun kalender adalah 0,74%, ini adalah deflasi kelima dalam tahun 2024, komponen yang memberikan andil deflasi m-to-m terbesar dari makanan, minuman dan tembakau, selanjutnya dari sektor transportasi karena ada penurunan harga BBM. “Jadi pantauan kami dari rekaman angka inflasi ini, harga di tingkat konsumen menurun atau terjadi deflasi secara m-to-m karena dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas yang suplainya sedang tinggi di pasar seperti cabe merah, cabe rawit, daging ayam ras dan telur ayam ras. Selain itu, penurunan harga ini juga dikontribusikan oleh penurunan harga BBM, karena harga BBM kita yang non subsidi menyesuaikan harga minyak internasional”, ujarnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, komponen inti tetap mengalami inflasi sebesar 0,16% dan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah kopi bubuk dan biaya akademi/perguruan tinggi, “sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil deflasi untuk komponen harga bergejolak adalah cabe merah, cabe rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, tomat, daun bawang, kentang dan wortel”, ungkapnya.
Selanjutnya diinformasikannya pula, pada bulan September 2024 secara m-to-m, sebagian besar provinsi di Indonesia mengalami deflasi dan 14 provinsi mengalami inflasi, dan inflasi Kalimantan Tengah sebesar 0,07%, sedangkan secara y-on-y inflasi Kalteng berada pada posisi ke-8 terendah yaitu sebesar 1,45% dari 38 provinsi di Indonesia.
Tampak hadir pada Rakor tersebut, mewakili Forkopimda Prov. Kalteng, mewakili instansi vertikal, dan mewakili sejumlah Kepala OPD terkait, dan secara virtual.(red)