Oleh : Greiny Arisani* dan Seri Wahyuni*
Masa remaja merupakan periode perkembangan kritis sebagai tahun-tahun antara permulaan pubertas dan pembentukan kemandiran sosial. Menurut World Health Organization (WHO).
Masa remaja adalah fase kehidupan antara masa kanak-kanan dan dewasa dengan rentang usia 10 hingga 19 tahun yang merupakan tahapan pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial yang cepat. Selama fase ini, remaja membentuk pola perilaku terkait diet, aktivitas fisik, penggunaan narkoba sampai dengan aktivitas seksual yang dapat melindungi kesehatan atau bahkan membahayakan kesehatan remaja.
Data mengenai situasi kesehatan reproduksi remaja sebagian besar bersumber dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Umur pertama kali berhubungan seksual sangat terkait dengan status kesehatan reproduksi, SDKI melaporkan remaja dengan umur 17 tahun merupakan umur tertinggi baik laki-laki maupun wanita melakukan hubungan seksual pertama kali.
Pada tahun 2012 sebesar 59% remaja pada umur pertama kali berhubungan seksual adalah 18-19 tahun sebesar 59% dan pada SDKI tahun 2017 sebesar 74% umur terbanyak pertama kali berhubungan seksual adalah 17-18 tahun.
Kehamilan tidak diinginkan erat kaitannya dengan kehamilan remaja. Kehamilan tidak diinginkan dua kali lebih banyak terjadi pada wanita kelompok umur 15-19 tahun (16%) dibandingkan kelompok umur 20-24 tahun (8%). Kehamilan pada remaja usia 10-19 tahun berisiko mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan selain itu kehamilan yang tidak direncanakan pada remaja perempuan dapat berlanjut pada aborsi dan pernikahan remaja dan keduanya berdampak pada masa depan remaja tersebut, janin yang dikandung dan keluarganya.
Remaja merupakan tahapan penting dalam kesehatan reproduksi karena masa remaja merupakan periode pematangan organ reproduksi yang disebut masa transisi, yaitu terjadi perubahan fisik yang cepat, terkadang tidak seimbang dengan perubahan mental.
Ketidak seimbangan perkembangan mental pada masa transisi tersebut dapat menimbulkan kebingungan remaja yang dikhawatirkan membawa remaja pada perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab.
Dampak dari perilaku tersebut antara lain terjadinya kehamilan remaja, kehamilan yang tidak diinginkan hingga upaya melakukan pengguguran yang tidak aman selain itu remaja dapat tertular penyakit menular seksual (PMS) dan berhadapan dengan dampak sosail seperti putus sekolah, stigma masyarakat dan sanksi sosial lainnya.
Untuk tumbuh dan berkembang dalam kesehatan yang baik, remaja membutuhkan kesempatan untuk mengembangkan kecakapan hidup, pelayanan kesehatan yang dapat diterima, merata, tepat dan efektif, lingkungan yang aman dan mendukung serta remaja membutuhkan informasi termasuk pendidikan seksualitas yang komprehensif sesuai usianya untuk mempertahankan dan memelihara kesehatan remaja.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja terhadap perilaku seksual berisiko adalah melalui pendidikan kesehatan.
Salah satu alternatif media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pencegahan perilaku seksual berisiko adalah melalui aplikasi media komunikasi telepon seluler berupa peer group whatsApp.
WhatsApp atau yang biasa disingkat dengan WA merupakan teknologi instant messaging seperti sms dengan berbantuan data internet berfitur pendukung yang lebih menarik, kemudian fitur whatsApp dapat membuat grup komunitas sehingga pendidikan kesehatan melalui whatsApp dipandang dapat menjadi media komunikasi yang praktis dan efektif didalam group komunitas sebaya (remaja). Group whatsApp memiliki manfaat pedagogis, sosial dan teknologi.
Aplikasi ini memberikan dukungan dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan secara online.
Aplikasi whatsApp dirasa mampu merubah sikap dalam meningkatkan partisipasi peserta didik, mempercepat terjadinya kelompok belajar dalam membangun dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa group whatsApp efektif meningkatkan nilai pengetahuan dan skor sikap terhadap perilaku seksual berisiko.
Pembelajaran dengan menggunakan kelompok pembelajaran whatsApp adalah metode yang layak, efektif dan ramah bagi remaja.
Umpan balik pembelajaran whatsApp menunjukkan sikap positif berupa remaja menikmati belajar menggunkana whatsApp dengan partisipasi yang lebih baik.
Group whatsApp dapat digunakan sebagai media komunikasi antar remaja sehingga penggunaan group whatsApp dapat diaplikasikan sebagai media pendidikan kesehatan khususnya remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja didalam kelompok-kelompok remaja baik dilingkungan sekolah, perguruan tinggi, masyarakat maupun dilingkungan komunitas perkumpulan remaja lainnya yang menjadi sasaran dari pendidikan kesehatan remaja.
(*Penulis adalah Dosen Poltekkes Kemenkes Palangka Raya)