PALANGKA RAYA. Kaltengtimes.co.id – Gubernur Kalimantan Tengah H. Sugianto Sabran menyatakan siap berdialog dengan mahasiswa atau seluruh elemen masyarakat guna memecahkan persoalan yang dihadapi secara bersama-sama. Kesiapan untuk berdialog Gubernur H. Sugianto Sabran tersebut disampaikannya terkait insiden Aksi Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Medeka atau GERAM, di Halaman Kantor Gubernur Kalteng, Senin (14/11).
Seperti diketahui saat menggelar aksi tersebut, para mahasiswa yang tergabung dalam GERAM merasa tidak puas atas perlakuan tindak kekerasan yang dilakukan petugas Polisi Pamong Praja Provinsi Kalimantan Tengah.
Insiden itu sendiri terjadi saat para mahasiswa berusaha menurunkan Bendera Sang Saka Merah Putih di halaman Kantor Gubernur Kalteng menjadi setengah tiang, sehingga memicu kemarahan petugas Satpol PP yang saat itu bertugas demi mempertahankan kehormatan Bendera Merah Putih sebagai Simbol Negara Republik Indonesia sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Ri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.
Insiden yang sempat terjadi di Halaman Kantor Gubernur Kalteng tersebut rupanya membuat para mahasiswa akan mewacanakan konsolidasi akbar jilid IV.
Kepada MMC Kalteng, Gubernur Kalimantan Tengah H. Sugianto Sabran menyatakan bahwa sebelum insiden terjadi pihaknya sebenarnya telah mempersiapkan Aula Jayang Tingang Kantor Gubernur Kalimantan Tengah, sebagai tempat dilog terbuka dengan pihak GERAM. Namun, pihak GERAM menolak untuk berdialog dalam ruangan, sehingga hal tersebut membuat Gubernur Kalimantan Tengah pun rela turun ke lapangan untuk menemui massa, namun disayangkan pihak GERAM tidak bersedia memanfaat peluang itu dengan baik.
Gubernur H. Sugianto Sabran pada dasarnya membuka luas ruang dialog dengan pihak mahasiswa yang tergabung dalam GERAM. ”Tema dari aksi ini adalah evaluasi kinerja Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, maka yang saya pahami adalah ade-ade mahasiswa yang kritis ini akan membawa data-data sebagai bahan evaluasi kinerja kami, untuk itu saya siap dan terbuka mendengarkan dan berdialog, maka tempat yang tepat adalah di sebuah ruangan atau aula yang memadai, bukan dijalanan,” tegas Gubernur.
Dikatakan H. Sugianto Sabran bahwa dirinya dan Wakil Gubernur tentu tidak akan mampu memuaskan semua pihak dalam membangun Kalimantan Tengah, apalagi membangun sebuah wilayah yang merupakan provinsi terluas di Indonesia. Namun demikian dirinya siap menerima masukan maupun kritik yang bersifat konstruktif dalam kerangka bersama membangun Kalimantan Tengah, maka forum yang tepat adalah forum dialog.
‘’Dalam dialog tersebut kami pun berkesempatan untuk menjelaskan apa yang telah, sedang dan akan dilakukan, berikut tantangan dan hambatannya. Masukan-masukan tersebut sangat
penting didapat dari kaum intelektual mahasiswa, ujar Gubernur H. Sugianto Sabran.
Terkait ada rencana konsolidasi akbar jilid IV GERAM, Gubernur menilai bahwa hak untuk menyampaikan pendapat dinegara demokrasi dijamin dan dilindungi oleh undang-undang, namun menurutnya alangkah lebih baik dan bijak jika disalurkan melalui mekanisme yang benar dan damai tanpa menimbulkan kekisruhan.
Gubernur memastikan, bahwa ruang dialog ia buka lebar-lebar untuk berdiskusi bagaimana membangun Kalimantan Tengah ini lebih baik dan bermartabat. “Setiap saat saya menyediakan ruang dialog, Gubernur adalah pelayan rakyat, tugasnya adalah menyerap aspirasi, mendengar dan melihat langsung setiap denyut kehidupan rakyatnya, selanjutnya bagaimana membuat langkah-langkah dan kebijakan yang berpihak pada rakyat, tentu dengan dukungan semua unsur dan elemen masyarakat, termasuk kaum intelektual kampus” pungkas Gubernur H. Sugianto Sabran. (red)