PALANGKARAYA, kaltengtimes.co.id – Rombongan melakukan ziarah ke makam Habib Muhammad Yasin bin Habib Muhammad Husin Al Idrus atau lebih dikenal dengan Habib Danau Tundai, Minggu (18/6/2023) pagi.
“Makam habib berada dipinggir sungai Tundai makanya terkenal dengan sebutan guru Tundai atau makam kubah nama lainnya,” kata Rosita.
Makam ini akan terlihat jika menaiki kapal wisata karena berada di aliran sungai Tundai dan bangunannya sudah permanen dengan titian jembatan menuju makam dari pinggir sungai.
Perjalanan menggunakan kapal wisata ini memakan waktu tiga jam untuk sampai ke Makam Datu Tundai, para peziarah bisa menikmati pemandangan hijaunya hutan dan derasnya air sungai serta dapat melihat kehidupan masyarakat pinggiran Sungai Kahayan.
“Datu Tundai hanya sebutan atau gelar karena makam Wali Allah ini berada di Pertigaan Sungai Kahayan dan Perkampungan Tundai,” lanjutnya.
Sampai sekarang belum diketahui Datu Tundai ini meninggalnya tahun kapan, yang jelas tertulis makam ini pernah di pugar dan diresmikan oleh Wali Kota Palangkaraya pada saat itu HM Riban Satia pada tahun 2013, ini tertuang dalam tulisan di Prasasti Makam Datu Tundai.
“Terlihat dilokasi, monyet atau kera menghampiri para peziarah untuk meminta makan pisang,” ujar Ronny selaku pengemudi Klotok yang sering membawa wisatawan ke Makam Datu Tundai.
Jika ingin bertemu dengan monyet atau kera ini disarankan datang pagi karena kalau siang atau sore kemungkinan para kera atau monyet ini sudah kekenyangan makan pisang yang dibawa oleh pengunjung yang datang di pagi hari sehingga mereka tidak keluar siang dan sore hari.
“Letak makam tersendiri karena tidak terlihat satu pun rumah atau pemukiman penduduk dan uniknya banyak kawanan kera yang berkeliaran di area makam,” pungkasnya. Zal