PALANGKA RAYA. Kaltengtimes.co.id — Situasi banjir saat ini sangat berpengaruh pada kondisi masyarakat di wilayah Kalimantan Tengah. Tidak hanya di Kalimantan namun seluruh wilayah di Indonesia mengalami imbas dari kondisi La Nina sehingga intensitas hujan juga tidak seperti biasanya. Selain itu, situasi menghadapi pandemi covid-19 juga harus lebih waspada lagi, yakni saling bahu membahu dalam menangani dan menanggulangi serta gotong royong dalam mengantisipasinya. Hal ini disampaikan Siswanto, Ketua Bidang Publikasi GAPKI Kalteng yang juga sekaligus ketua GPPI Kotim, Katingan dan Seruyan, dalam Press Release nya yang disampaikan kepada sejumlah awak media, Minggu (21/11). Siswanto meminta semua pihak tidak saling menyalahkan namun saling berkolaborasi untuk bahu membahu membantu pemerintah serta masyarakat dalam upaya penanggulangan dan penangananya. Menurutnya curah hujan tinggi saat ini disebabkan adanya La nina sehingga intensitas hujan tidak seperti biasanya. Banjir tidak hanya terjadi di wilayah Kalteng tapi merata di sejumlah daerah di Indonesia. “Kita tidak bisa melawan alam, namun bisa mengurangi resiko yang timbulkan,” ucapnya. Saat ini, tambah Siswanto, semua elemen saling bahu membahu dalam upaya melakukan penanganan dan penanganan termasuk mencari solusi tepat agar semuanya berjalan dengan baik. Ditambahkan Siswanto, pihaknya juga sering mendengar bukan kali pertama perusahaan perkebunan kelapa sawit dituding sebagai penyebab rusaknya lingkungan, termasuk terjadinya banjir. Bahkan Negara Eropa pernah menuding perusahaan sawit di Indonesia sebagai menyumbang kerusakaan alam. “Saat ini pemerintah pusat gencar melakukan pengembangan dari komuditas sawit, mulai dari biodisil, avtur pesawat terbang hingga pabrik gula dari olahan sawit. Sehingga harus ada sinergisitas antara pemerintah pusat dan daerah. Berbagai dampaknya juga kita hadapi dan dilakukan upaya perbaikan serta mengurangi potensi hal negatifnya. Selain itu upaya dalam hal pekerjaan baru, penopang perekonomian di negara hingga bersama sama membangun daerah dan Indonesia,” kata Siswanto, seraya menambahkan, sawit telah menjadi pilar pembangunan nasional. Apabila ingin pembangunan menjadi lebih maju, masyarakat sejahtera tentunya diperlukan kolaborasi jitu antara seluruh stakeholder termasuk pemerintah di dalamnya. “Kita paham terjadinya bencana banjir juga sedikit banyaknya ada korelasinya dari aktivitas perkebunan, tapi tidak seratus persen. Namun kami terus komitmen dalam upaya meningkatkan perekonomian, membantu masyarakat hingga mencari solusi tepat agar semuanya berjalan dengan baik,” katanya.
Pihak perusahaan sawit, lanjut Siswanto, dalam upaya mengurangi dampak kerusakan lingkungan, perusahaan perkebunan kelapa sawit selama ini juga telah melaksanakan kaidah yang ramah lingkungan, termasuk memenuhi standar pengelolaan sesuai dengan ISO yang ditetapkan. Selalu ada evaluasi regular agar tidak melenceng dari ketentuan, sehingga pihaknya meminta sinergisitas terus ditingkatkan dan selalu siap bekerjasama dengan pemegang kebijakan di daerah untuk mencari jalan keluar penanganan maupun pencegahan dampak lingkungan. Perusahaan sawit tentunya ada aturan yang jelas, sedangkan saat ini juga ada terdapat banyaknya perkebunan secara mandiri dari masyarakat, tentunya juga harus ada regulasi pengawasan yang tepat terhadap perkebunan msyarakat yang dikelola secara mandiri. (red)