Palangka Raya, kaltengtimes,co.id-Hampir beberapa bulan ini, sejak memasuki new normal, aktivitas pedagang sayur dan buah buahan di pasar tradisional, Komplek Pasar Besar yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani, dan Jalan Seram,Kota Palangka Raya tampak ramai. Hilir mudik pembeli maupun pedagang menjadi pemandangan aktivitas setiap malam di pasar yang mulai buka sekira pukul 20.00 WIB tersebut.
Kesempatan ini tentu tak disia-siakan oleh Janatu, seorang pedagang singkong kristal, dan jeruk marabahan, asal Kelurahan Kalampangan, Kota Palangkaraya– wilayah pemasok sayur mayur, dan palawija sekitar 15 Kilometer dari Kota Palangka Raya, Ibukota Kalimantan Tengah.
Janatu sama seperti pedagang lainnya. di usianya yang tak lagi muda, wanita transmigrasi asal Lamongan, Jawa Timur ini terpaksa membanting tulang bersama sang suami untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kemauan Janatu untuk tetap berdagang meskipun di tengah ancaman Covid-19, cukup beralasan, sebab ia dan sang suami harus memenuhi kebutuhan hidup mengongkosi empat anaknya. Apalagi dua anaknya tengah menempuh studi di perguruan tinggi.
Sebagai seorang pedagang tidur di jalan, atau di lapak dagangan maupun di dalam mobil sudah terbiasa dijalani. Namun yang memperihatinkan meskipun dalam kondisi sakit-sakitan, Sahwan, sang suami tetap bersemangat mencari nafkah. “Bapak bahkan baru operasi hernia, belum lama ini,” kata Janatu saat ditemui, Jumat malam (30/10).
Menurut Janatu, mereka berangkat setiap habis Salat Ashar menggunakan mobil pick up menuju Pasar Besar, dan baru pulang keesokan harinya pukul 06.00 WIB.
Saat beraktivitas, Janatu tetap mengunakan masker begitu pula saat melayani pembeli. Tidak ada perasaan takut saat berada di keramaian, padahal sebelumnya kawasan Pasar Besar ini pernah menjadi kluster Covid 19. “Tidak takut yang penting kita gunakan masker, cuci tangan, berdoa dan bertawakal,” ucap Janatu.
Ibu Tomo, seorang pedagang sayur-sayuran yang berlokasi di jalan Seram, kawasan pasar tradisional, mengaku sudah terbiasa dengan adanya Covid-19. Bahkan pernah suatu ketika, para pedagang Pasar Besar diminta menjalani rapid test, ibu tomo justru menghindar. Meski demikian ia tetap rajin menggunakan masker, dan menerapkan protokol kesehatan saat pulang ke rumah.
Pedagang sayuran asal Kalampangan ini mengaku pada awal pandemi dagangannya tidak ada yang laku, karena sepi pembeli. Begitu pula saat terjadinya kluster, omzet dagangan jauh menurun. Namun belakangan setelah adanya kehidupan normal, aktivitas berdagang kembali ramai.
Pasar malam di kawasan pasar besar ini dikelola oleh pengurus pasar yang diketuai oleh H Gafuri. Di kawasan pasar malam ada sekitar 50 lapak pedagang. Pasar ini beroperasi mulai pukul 20.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB, diperkirakan omzet yang berputar di pasar ini mencapai ratusan juta rupiah.
Tingginya nilai transaksi di kawasan ini menjadi magnet tersendiri bagi pedagang. Ratusan pedagang baik buah buahan, sayuran, lombok, bumbu dapur hingga ikan asin mencoba peruntungan.
Para pedagang sendiri kebanyakan berasal dari luar Kota Palangka Raya seperti Kalampangan, dan Karanggan, bahkan ada yang dari wilayah Barito Kuala, Kalimantan Selatan. “Awal-awal Covid 19, pasar ini sepi, sedikit sekali yang berjualan paling banyak 10 pedagang, namun sekarang sudah ada lebih 50 pedagang,” ujar Gafuri.
Pihaknya selaku pengelola pasar tradisional terus mengimbau agar pedagang menjaga jarak, kemudian melakukan pembagian masker, serta menyiapkan tempat air cuci tangan, dan menjaga kebersihan pasar.
Beruntungnya, tingkat kedisipilinan dalam menerapkan protokol kesehatan di pasar malam ini masih tinggi terutama dalam penggunaan masker.